Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara Keputusan:
Analisis Pengumuman Dividen Meningkat
(Studi Empiris padaBursaEfekJakartaSelama Krisis Moneter)
oleh
Doddy Setiawan & Siti Subekti
Abstract
The purpose of this research is to examine the decisionally efficient market by analyzing increase dividend announcement at Jakarta Stock Exchange during monetary crisis. The analysis involves information content, speed of market reaction and accuracy of market reaction. The test of information content is not only done to increase dividend but also to constant and decrease dividend announcement. Samples of this research are 57 increase dividend announcements, 22 constant dividend announcement and 59 samples of decrease dividend from 1998 until 2002. We use t-test to test the hyphoteses. The result shows that there are information content amount from increase, constant and decrease dividend announcement. The result of test speed market reaction shows that market react slowly in increase dividend announcement. There are some investors get abnormal return in continues time. The result of test accuracy market reaction shows that investors are not sophiscated toward increase dividend announcement both to increase dividend announcement of growth and non growth firms. Investors have positive reaction to increase dividend announcement of growth firms and non growth firms. Based on those results, it can be concluded that Indonesian capital market is neither yet informationally efficient market nor decisionally efficient market during monetary crisis.
Keyword : decisionally efficient market, informationally efficient market, dividend announcement
1. Latar Belakang
Pasar modal yang efisien adalah pasar modal yang harga sahamnya merefleksikan informasi yang ada di pasar dan dapat menyesuiakan dengan cepat terhadap informasi baru. Bentuk efisiensi pasar terbagi menjadi efisiensi pasar bentuk lemah, setengah kuat dan bentuk kuat (Fama, 1970). Efisiensi pasar bentuk setengah kuat dapat dikembangkan menjadi efisiensi pasar setengah kuat secara informasi dan secara keputusan (Hartono, 2000). Efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi adalah efisiensi pasar yang menekankan pada informasi yang fully reflect dan information available. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara keputusan menekankan informasi yang fully reflect, information available serta kecanggihan investor dalam mengolah informasi yang tersedia (Hartono, 2000).
Pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi mencakup pengujian kandungan informasi dan kecepatan reaksi pasar terhadap suatu pengumuman yang dipublikasikan. Pasar yang efisien bentuk setengah kuat secara informasi adalah pasar yang bereaksi terhadap suatu pengumuman dan terjadi dengan cepat. Salah satu bentuk informasi publik yang berguna adalah pengumuman dividen. Pengumuman dividen merupakan sinyal yang diberikan manajemen tentang keyakinan mereka mengenai perkembangan perusahaan (Miller dan Rock,1985 dan Gelb,1999). Dividen meningkat (menurun) merupakan sinyal yang baik (buruk), yaitu manajer percaya bahwa prospek perusahaan akan mengalami peningkatan (penurunan). Setiawan dan Hartono (2003) membuktikan bahwa investor di Bursa Efek Jakarta bereaksi terhadap pengumuman dividen secara cepat, sehingga abnormal return yang dinikmati oleh investor hanya pada saat pengumuman.
Efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara keputusan merupakan pengembangan dari efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi dengan menganalisis kecanggihan investor. Investor yang canggih dapat membedakan informasi yang bernilai ekonomis dan yang tidak bernilai ekonomis. Pengumuman dividen meningkat merupakan pengumuman yang membutuhkan analisis lebih lanjut. Pengumuman dividen meningkat membutuhkan cost yang tinggi dari emiten. Apabila emiten memang mampu menanggung cost kenaikan dividen tersebut, maka emiten tersebut memberikan sinyal yang valid sehingga investor akan bereaksi positif. Sinyal yang valid merupakan informasi yang bernilai ekonomis. Sebaliknya, apabila emiten tidak dapat menanggung cost kenaikan dividen tersebut maka sinyal kenaikan dividen tersebut merupakan sinyal yang tidak valid sehingga investor bereaksi negatif. Pengujian ketepatan reaksi pasar terhadap pengumuman dividen meningkat yang telah dilakukan oleh Sujoko (1999) dan Setiawan dan Hartono (2003) menunjukkan investor di BEJ masih naif karena mereka tidak mampu membedakan informasi yang bernilai ekonomis dan yang tidak bernilai ekonomis.
Pengujian terhadap kandungan informasi dividen merupakan bidang yang menarik untuk dikaji karena hasil penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Gonedes (1978) dan Brooks (1996) menunjukkan pengumuman dividen tidak mempunyai kandungan informasi, namun penelitian yang dilakukan oleh Petit (1972), Aharony dan Swary (1980), Firth (1994), Benartzi, Michaely dan Thealer (1997), Mikhail, Walther dan Willis (1999) menunjukkan pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor untuk mengambil keputusan investasi. Penelitian yang dilakukan diIndonesiajuga tidak menghasilkan bukti yang konsisten. Amsari (1993), Soetjipto (1997), dan Raharjo (2000) tidak berhasil membuktikan kandungan informasi pengumuman dividen, namun Suparmono (2000), Setiawan dan Hartono (2003) dan Yusnitasari (2003) menunjukkan bahwa pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sujoko (1999) dan Setiawan dan Hartono (2003) menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara keputusan periode sebelum krisis moneter. Penelitian ini mengembangkan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara keputusan selama krisis moneter. Hal ini penting karena periode krisis moneter mengakibatkan kinerja perusahaan mengalami penurunan dibandingkan sebelum krisis moneter (Machfoedz,1999 dan Sulardi,2002) dan ada perbedaan risiko sistematis antara periode sebelum dan selama krisis moneter (Setiawan,2004). Jika perusahaan memberikan sinyal pengumuman dividen meningkat, maka investor harus menganalisis lebih lanjut informasi tersebut. Apakah perusahaan yang memberikan sinyal tersebut mampu menanggung cost kenaikan dividen atau tidak, karena perusahaan sendiri sedang dilanda penurunan kinerja (Machfoedz,1999). Penelitian ini juga menguji kandungan informasi pengumuman dividen konstan dan menurun. Pada saat perusahaan dilanda kemelut akibat krisis moneter, jika mereka tetap mampu memberikan dividen yang sama dengan periode sebelumnya berarti manajer yakin bahwa perusahaan akan tetap bertahan. Sinyal pengumuman dividen konstan pada saat krisis moneter merupakan sinyal yang baik, sehingga investor akan bereaksi positif. Jika perusahaan mengumumkan penurunan dividen, maka sinyal yang diberikan adalah sinyal yang buruk. Investor akan bereaksi negatif terhadap pengumuman dividen menurun. Penelitian ini menggunakan beta koreksi dengan menggunakan metode Fowler dan Rorke (1983) 4 lead dan 4 lag untuk mengantisipasi perdagangan di BEJ yang tipis (Hartono dan Surianto,2000).
Motivasi penelitian ini adalah: pertama, masih terdapat pertentangan apakah dividen mempunyai kandungan informasi atau tidak. Penelitian ini mengembangkan pengujian dividen pada periode krisis moneter dan juga menguji pengumuman dividen meningkat, tetap dan mnurun. Kedua, peneliti ingin mengetahui apakah investor di BEJ sudah melakukan keputusan secara benar dalam merespon sinyal yang diberikan pengumuman kenaikan dividen pada saat krisis moneter.
Tujuan penelitian ini adalah: pertama, memberikan bukti empiris mengenai kandungan informasi dividen. Kedua, memberikan bukti empiris mengenai kecepatan reaksi pasar terhadap pengumuman dividen. Ketiga, memberikan bukti empiris mengenai kecanggihan investor dalam mengolah informasi, sehingga mampu bertindak secara tepat terhadap pengumuman dividen meningkat yang dikeluarkan perusahaan. Keempat, memberikan bukti empiris apakah Bursa Efek Jakarta sudah efisien setengah kuat secara keputusan atau belum.
2. Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis
Dividend signalling theory merupakan teori yang menyatakan bahwa pengumuman dividen merupakan sinyal yang diberikan oleh manajer mengenai keyakinan mereka tentang perkembangan perusahaan di masa depan (Miller dan Rorke,1985). Manajer sebagai pihak dalam tentu mempunyai akses yang lebih baik mengenai kemampuan perusahaan dan mereka dapat menyampaikan keyakinannya mengenai perkembangan perusahaan kepada investor melalui pengumuman dividen. Gelb (1994) membuktikan bahwa dividen merupakan suatu sinyal yang baik untuk menyampaikan maksud perusahaan kepada investor. Pengumuman dividen dapat digunakan investor untuk memperkecil asimetri informasi dengan manajer, sehingga pengumuman dividen merupakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna.
Penelitian tentang dividen telah banyak dilakukan dengan hasil yang tidak konsisten, beberapa peneliti tidak berhasil membuktikan kandungan informasi dividen (Gonedes,1978 dan Brooks,1996) sedangkan peneliti lain berhasil menemukan kandungan informasi dividen (Petit,1972; Aharony dan Swary,1980; Bajaj dan Vijh,1995; Benartzi, Michaely dan Thealer,1997; Mikhail, Walther dan Willis,1999). Gonedes (1978) melakukan pengujian kandungan informasi dividen terhadap 258 pengumuman dividen selama periode 1952-1972 di Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada abnormal return yang signifikan saat pengumuman dividen. Pengumuman dividen bukan merupakan informasi yang digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan. Brooks (1996) menguji pengaruh pengumuman dividen terhadap asimetri informasi antara manajer dan investor. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan informasi asimetri pada periode sebelum pengumuman dan setelah pengumuman dividen. Hasil penelitian Gonedes (1978) dan Brooks (1996) menunjukkan bahwa pengumuman dividen tidak mempunyai kandungan informasi bagi investor.
Petit (1972) justru menunjukkan bahwa pengumuman dividen direaksi oleh investor. Petit (1972) menguji pengumuman dividen pada periode 1964 sampai dengan 1968 dengan menggunakan return bulanan. Reaksi investor terlihat pada saat bulan pengumuman dividen. Investor menggunakan pengumuman dividen untuk pengambilan keputusan investasi. Aharoni dan Swary (1980) mengkonfirmasi penelitian Petit (1972) dengan menunjukkan bahwa pengumuman dividen pada periode 1963-1976 mengakibatkan investor bereaksi pada saat pengumuman dividen dan sehari sebelumnya. Reaksi investor terhadap pengumuman dividen menurun lebih kuat daripada pengumuman dividen meningkat.
Bajaj dan Vijh (1995) meneliti tentang return pasar dan perilaku perdagangan selama periode pengumuman dividen dengan menggunakan harga penutupan harian dan harga transaksi. Penelitian dilakukan pada 67.592 sampel yang diambil dari bulan Juli 1962 sampai Juni 1987. Penelitian tersebut dapat menunjukkan adanya hubungan yang positif antara excess return, volatilitas harga dan volume perdagangan. Perilaku harga ternyata dipengaruhi oleh penyerapan informasi dividen. Penelitian tersebut mendukung penelitian sebelumnya bahwa dividen mempunyai kandungan informasi.
Benartzi, Michaely dan Thealer (1997) melakukan pengujian dengan menggunakan metode buy-and-hold strategy terhadap data harian, untuk menguji reaksi jangka pendek, dan data bulanan untuk menguji reaksi jangka panjang. Sampel yang diteliti terdiri dari 255 pengumuman dividen menurun dan 4249 pengumuman dividen meningkat selama periode 1979-1991. Hasilnya menunjukkan untuk jangka pendek yaitu 3 hari sekitar pengumuman terdapat reaksi pasar yang signifikan. Sedangkan untuk jangka panjang menunjukkan ada excess return signifikan yang terjadi setahun setelah pengumuman dividen. Jadi, perusahaan yang menaikkan (menurunkan) pembagian dividen, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, mengalami excess return yang meningkat (menurun). Benartzi, Michaely dan Thealer (1997) juga menunjukkan investor akan bereaksi lebih kuat terhadap pengumuman dividen menurun (-2,11%) dibandingkan pengumuman dividen meningkat (0,81%).
Mikhail, Walther dan Willis (1999) menguji reaksi pasar terhadap perubahan dividen selama periode 1980-1997. Sampel penelitian sebanyak 5.838 sampel yang terdiri dari 4858 pengumuman dividen meningkat dan 980 pengumuman dividen menurun. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pasar bereaksi positif 0,73% terhadap pengumuman dividen meningkat dan bereaksi negatif 1,19% untuk pengumuman dividen menurun. Hasil ini juga menunjukkan bahwa pasar bereaksi lebih kuat terhadap bad news daripada good news. Penelitian ini juga membuktikan Cumulative Abnormal Return berhubungan positif dan signifikan terhadap besarnya perubahan dividen. Secara umum Mikhail, Walther dan Willis (1999) berhasil membuktikan kandungan informasi pengumuman dividen. Investor menggunakan informasi pengumuman dividen sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi.
Kandungan informasi pengumuman dividen juga dapat dilihat pada transfer informasi pengumuman dividen pada perusahaan lain. Firth (1994) menunjukkan bahwa pengumuman dividen (perusahaan reporter) berakibat pada pergerakan harga pada perusahaan yang tergolong pada industri yang sama (perusahaan nonreporter). Yusnitasari (2003) melakukan penelitian untuk menguji secara empiris transfer informasi intra industri di sekitar pengumuman dividen diBursaEfekJakarta. Penelitian tersebut dilakukan pada pengumuman penurunan dividen dan pengumuman kenaikan dividen selama tahun 1994 sampai 1996. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman perubahan dividen mempunyai nilai informasional bagi perusahaan lain yang termasuk pada jenis industri yang sama dengan perusahaan yang mengumumkan dividen. Penelitian tersebut mendukung adanya kandungan informasi pada pengumuman dividen. Hasil penelitian Yusnitasari (2003) mengkonfirmasi Firth (1994).
Wilopo (2003) melakukan penelitian terhadap transfer informasi pengumuman dividen di Bursa Efek ASEAN, yaitu: Kuala Lumpur Stock Exchange, Singapore Stock Exchange dan Jakarta Stock Exchange. Sampel penelitian adalah perusahaan yang mengumumkan perubahan dividen pada tahun 1993 sampai dengan 1996. Hasil penelitian adalah pada saat suatu perusahaan mengumumkan dividen meningkat, maka pemegang saham perusahaan yang mengumumkan atau perusahaan lain pada industri yang sama memperoleh hasil abnormal return yang positif. Sebaliknya pada pengumuman dividen menurun, pemegang saham perusahaan yang mengumumkan atau perusahaan lain pada industri yang sama akan mengalami abnormal return negatif. Penelitian tersebut berhasil membuktikan adanya kandungan informasi pada pengumuman dividen.
Penelitian yang dilakukan diIndonesiajuga tidak menghasilkan bukti yang konsisten. Amsari (1993), Soetjipto (1997), Raharjo (2000) tidak berhasil membuktikan kandungan informasi pengumuman dividen, namun Suparmono (2000), Setiawan dan Hartono (2003). Amsari (1993) melakukan penelitian terhadap 57 perusahaan yang mengumumkan dividen di Bursa Efek Jakarta selama tahun 1990 sampai 1992. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman dividen tidak berpengaruh pada harga saham diBursaEfekJakarta. Penelitian tersebut tidak berhasil menemukan bukti bahwa pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi bagi investor.
Soetjipto (1997) menguji tentang pengaruh pengumuman dividen terhadap return saham diBursa EfekJakarta. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut berjumlah 40 yang terbagi menjadi 12 pengumuman dividen meningkat, 9 pengumuman dividen tetap dan 19 pengumuman dividen menurun. Hasil penelitian tersebut tidak dapat membuktikan adanya kandungan informasi dividen. Hal itu berarti pengumuman dividen tidak mengandung informasi yang berarti bagi investor.
Raharjo (2000) melakukan penelitian di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan 84 sampel perusahaan yang membayar dividen meningkat dan menurun. Hasil penelitian tersebut adalah pengumuman dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham di Bursa Efek Jakarta selama tahun 1994. Perubahan pembayaran dividen tidak memiliki pengaruh terhadap return saham selama tahun 1994. Hasil penelitian Amsari (1993), Soetjipto (1997) dan Raharjo (2000) menunjukkan investor tidak menggunakan informasi pengumuman dividen untuk mengambil keputusan investasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Suparmono (2000) menguji pengumuman dividen yang terjadi selama periode 1991-1998. Sampel penelitian terdiri dari 182 perusahaan yang mengumumkan pengumuman dividen meningkat dan 158 perusahaan yang mengumumkan pembayaran dividen menurun. Temuannya menunjukkan ada reaksi pasar yang signifikan pada t-5 dan t-0 untuk dividen meningkat dan pada t-0 untuk dividen menurun. Penelitian terhadap cumulative abnormal return menunjukkan bahwa pada pengumuman dividen meningkat ternyata pasar bereaksi lambat, sehingga investor dapat menikmati abnormal return positif selama 7 hari (t-5 sampai dengan t+1). Sedangkan untuk pengumuman dividen menurun ternyata investor bereaksi dengan cepat, sehingga mereka hanya mengalami kerugian pada jangka pendek saja yaitu saat pengumuman, sedangkan periode yang lebih panjang (7 hari) ternyata investor tidak mengalami penurunan abnormal return. Perbandingan reaksi pasar terhadap bad news dan good news juga menunjukkan bahwa pasar bereaksi lebih kuat terhadap bad news daripada good news.
Setiawan dan Hartono (2003) melakukan pengujian terhadap pengumuman dividen meningkat periode 1992-1996. Sampel penelitian terdiri dari 132 perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa pasar bereaksi terhadap pengumuman dividen meningkat pada saat pengumuman. Hasil penelitian Setiawan dan Hartono (2003) mengkonfirmasi Suparmono (2000) yang membuktikan bahwa pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor.
Penelitian sebelumnya mengenai kandungan informasi dividen di Indonesiadilakukan pada saat periode sebelum krisis moneter. Oleh karena itu peneliti mencoba menguji kandungan informasi dividen pada saat krisis moneter melanda Indonesia. Krisis moneter mengakibatkan perusahaan mengalami penurunan kinerja dibandingkan periode sebelum krisis moneter (Machfoedz,1999 dan Sulardi,2002). Penurunan kinerja mengakibatkan perusahaan mengalami tekanan untuk memberikan dividen kepada investor. Perusahaan akan menanggung cost yang lebih berat pada saat memberikan dividen. Oleh karena itu, perusahaan yang memberikan dividen meningkat berusaha meyakinkan investor bahwa mereka masih sanggup berkembang pada saat krisis moneter. Kabar seperti ini jelas merupakan kabar yang baik bagi investor. Dividend signalling theory juga memberikan argumentasi perusahaan yang memotong dividen pada saat krisis moneter menunjukkan bahwa manajer memandang perusahaan akan mengalami tekanan yang kuat karena krisis moneter, sehingga mereka akan mengakomodasikan dananya untuk menghadapi kemelut karena krisis moneter. Penelitian ini juga mencoba menguji pengumuman dividen konstan. Pengumuman dividen yang konstan merupakan sinyal dari manajer bahwa mereka yakin perusahaan akan mampu mempertahankan laju perkembangannya. Pada saat krisis moneter berita bahwa perusahaan mampu mempertahankan kinerjanya, sedangkan sebagian besar perusahaan cenderung mengalami penurunan, merupakan berita yang baik bagi investor. Secara ringkas berdasarkan dividend signalling theory pengumuman dividen yang meningkat dan konstan merupakan kabar baik, sehingga investor akan bereaksi positif. Sedangkan pengumuman dividen menurun merupakan kabar buruk, sehingga investor bereaksi negatif. Berdasarkan telaah literatur yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan berkaitan dengan kandungan informasi pengumuman dividen adalah sebagai berikut.
Ha1 : investor bereaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat,
Ha2 : investor bereaksi positif terhadap pengumuman dividen tetap
Ha3 : investor bereaksi negatif terhadap pengumuman dividen menurun.
Pengujian efisiensi pasar secara keputusan mencakup pengujian terhadap kandungan informasi, kecepatan reaksi pasar dan ketepatan reaksi pasar. Pengujian ketepatan reaksi pasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan investor dalam menanggapi sinyal yang disampaikan oleh emiten. Investor yang mampu bereaksi dengan tepat terhadap suatu pengumuman merupakan investor yang canggih. Investor tersebut akan mampu mengambil keputusan investasi dengan tepat. Salah satu informasi yang masih harus dianalisis lebih lanjut adalah pengumuman dividen meningkat. Pengumuman dividen meningkat membutuhkan cost yang tinggi, karena perusahaan harus mampu membayar dividen yang jumlahnya lebih besar dari tahun sebelumnya dan perusahaan juga harus mampu mempertahankan tingkat pembayaran dividen yang telah meningkat. Apabila di kemudian hari ternyata perusahaan tidak mampu mempertahankan kinerjanya, maka mereka tidak akan mampu mempertahankan pembayaran dividen. Investor akan mengalami kerugian jika terjadi seperti ini. Kerugian yang mereka terima akan jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang mereka terima, karena bad news akan direaksi lebih kuat dibandingkan good news (Benartzi, Michaely dan Thealer,1997; Mikhail, Walther dan Willis,1999). Perusahaan yang mampu menanggung cost kenaikan dividen merupakan perusahaan yang bertumbuh dan informasi tersebut merupakan informasi yang bernilai ekonomis. Investor yang canggih akan bereaksi positif terhadap informasi yang bernilai ekonomis. Jika perusahaan yang mengumumkan kenaikan dividen tidak mampu menanggung cost kenaikan dividen maka informasinya merupakan informasi yang tidak bernilai ekonomis sehingga investor akan bereaksi negatif.
Penelitian yang menguji ketepatan reaksi pasar masih jarang dilakukan, kecuali oleh Sujoko (1999) dan Setiawan dan Hartono (2003). Sujoko (1999) menguji ketepatan reaksi pasar dengan menggunakan 150 perusahaan sebagai sampel. Investor dalam penelitian tersebut belum dapat bereaksi dengan tepat, hal ini ditunjukkan dengan reaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat perusahaan bertumbuh dan perusahaan tidak bertumbuh.
Setiawan dan Hartono(2003) melakukan penelitian yang menguji ketepatan reaksi investor terhadap pengumuman dividen meningkat. Penelitian tersebut melibatkan 132 sampel perusahaan yang mengumumkan dividen meningkat selama tahun 1992 sampai 1996. Sampel dalam penelitian tersebut dikelompokkan menjadi 60 perusahaan bertumbuh dan 72 perusahaan tidak bertumbuh. Hasil pengujian menunjukkan pasar bereaksi signifikan positif terhadap pengumuman dividen meningkat perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh. Investor dalam penelitian tersebut belum dapat bereaksi dengan tepat terhadap pengumuman dividen meningkat. Secara lebih lanjut, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa investor belum canggih dalam memberikan reaksi atas pengumuman dividen meningkat.
Pengujian ketepatan reaksi pasar dilakukan untuk menilai kemampuan investor dalam membedakan reaksinya terhadap suatu pengumuman. Investor yang canggih dapat membedakan pengumuman yang bernilai ekonomis dan yang tidak bernilai ekonomis (Hartono, 2000). Penelitian sebelumnya mengenai pengujian ketepatan reaksi pasar dilakukan pada periode sebelum krisis moneter. Oleh karena itu penelitian ini menguji ketepatan reaksi pasar pada saat periode krisis moneter. Investor akan bereaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat dari perusahaan bertumbuh akan bereaksi negatif terhadap pengumuman dividen meningkat dari perusahaan yang tidak bertumbuh. Berdasarkan literatur review yang telah dilakukan maka hipotesis yang dapat dirumuskan untuk menilai ketepatan reaksi investor adalah:
Ha4 : investor bereaksi positif atas pengumuman dividen meningkat dari perusahaan bertumbuh
Ha5 : investor bereaksi negatif atas pengumuman dividen meningkat dari perusahaan tidak bertumbuh.
- Metode Penelitian
Sampel penelitian ini terdiri dari perusahaan yang mengumumkan dividen minimal dalam waktu 2 tahun berturut-turut dari tanggal 1 Januari 1998 sampai 31 Desember 2002. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis pengumuman dividen meningkat, tetap atau menurun. Perusahaan tersebut tidak melakukan pengumuman yang lain seperti pengumuman bonus share, right issue, dividen saham, dividen lainnya, stock split, merger dan akuisisi dan penerbitan laporan keuangan pada periode jendela.
Model pasar digunakan untuk menghitung abnormal return, dengan lama periode estimasi 100 hari. Pengujian hipotesis menggunakan uji t. Rasio individual Investment Opportunity Set yang digunakan adalah CAPBVA (Capital Expendicture to Book Value of Asset) (Fitrijanti dan Hartono, 2002). Perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan bertumbuh apabila nilai CAP/BVA lebih besar dari 0 (nol). Sebaliknya, perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan tidak bertumbuh jika nilai CAP/BVA lebih kecil dari 0 (nol). Penelitian ini menggunakan beta yang telah dikoreksi untuk mengantisipasi perdagangan di BEJ yang tipis. Metode koreksi beta yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fowler dan Rorke 4 (empat) lead dan 4 (empat) lag sesuai dengan saran Hartono dan Surianto (2000).
- Analisis Hasil
4.1. Statistik Deskriptif
Sampel awal penelitian ini terdiri 110 pengumuman dividen meningkat, 31 pengumuman dividen konstan dan 106 pengumuman dividen menurun yang berasal dari periode pengamatan 1998-2002. Setelah dikurangi dengan confounding effect maka sampel akhir terdiri dari 57 pengumuman dividen meningkat, 22 pengumuman dividen konstan dan 59 pengumuman dividen menurun yang berasal dari periode pengamatan. Analisis lebih lanjut untuk menentukan kategori perusahaan yang bertumbuh dan tidak bertumbuh, dengan menggunakan metode CAP/BVA, menunjukkan ada 37 perusahaan bertumbuh yang mengumumkan dividen meningkat dan 20 perusahaan tidak bertumbuh yang mengumumkan dividen meningkat.
Koreksi beta saham dilakukan untuk mengurangi bias beta karena perdagangan yang tidak sinkron. Perdagangan yang tidak sinkron terjadi karena beberapa saham atau sekuritas tidak mengalami perdagangan untuk beberapa waktu, sehingga harga-harga saham pada waktu tertentu adalah harga-harga saham terakhir yang diperdagangkan. Metode koreksi beta yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fowler dan Rorke (1983) dengan periode 4 (empat) lead dan 4 (empat) lag. Tabel berikut menyajikan rata-rata beta saham sebelum dan sesudah dikoreksi untuk sampel dividen meningkat, tetap dan menurun.
Tabel 1
Rata-Rata Beta Saham Sebelum dan Sesudah Koreksi
Keterangan Sebelum Koreksi Sesudah Koreksi
Dividen Meningkat 0,387 0,425
Dividen Tetap 0,243 0,589
Dividen Menurun 0,503 0,743
Beta keseluruhan 0,413 0,587
Tabel 1 menunjukkan adanya perubahan nilai rata-rata beta saham yang lebih baik dari nilai rata-rata sebelum koreksi. Beta koreksi untuk sampel dividen menurun memiliki nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan nilai beta rata-rata sampel dividen meningkat dan tetap. Nilai beta rata-rata sesudah koreksi untuk sampel dividen meningkat merupakan nilai beta yang paling kecil yaitu 0,425, jika dibandingkan dengan beta rata-rata sesudah koreksi sampel dividen menurun dan tetap yang nilainya 0,743 dan 0,589. Nilai rata-rata beta koreksi untuk dividen menurun merupakan beta saham yang paling mendekati 1 (satu) yaitu 0,743.
Secara keseluruhan, nilai beta koreksi lebih baik jika dibandingkan dengan nilai beta sebelum koreksi. Nilai keseluruhan beta sebelum koreksi adalah 0,413 sedangkan nilai beta keseluruhan sesudah koreksi adalah 0,587. Walaupun nilai kenaikannya tidak terlalu besar tetapi nilai beta koreksi menunjukkan nilai yang lebih baik daripada beta sebelum koreksi.
4.2. Pengujian Kandungan Informasi
Pengujian kandungan informasi dan kecepatan reaksi pasar atas pengumuman dividen dilakukan dengan menghitung nilai t secara agregat. Penghitungan nilai t ini dilakukan untuk waktu 1 (satu) hari yaitu pada t0, 3 (tiga) hari yaitu pada t-1, t0 dan t+1 dan 11 hari yaitu hari t-5 sampai t+5. Hasil penghitungan nilai t menunjukkan signifikansi abnormal return secara agregat selama periode jendela. Penghitungan ini sekaligus dapat digunakan untuk melihat sampai berapa lama investor mendapatkan abnormal return. Selengkapnya, hasil penghitungan setiap subsampel dapat dilihat dalam tabel 2 (dua).
Tabel. 2
Kandungan Informasi Pengumuman Dividen
Sampel t0 t-1, t0 dan t+1 t-5 sampai t-5
CAR t-hit CAR t-hit CAR t-hit
Dividen meningkat 1,12 2.28** 1,42 2.53* 2.46 2.13**
Dividen tetap 0,22 0.26 6,16 1.69*** 6,92 1.56***
Dividen menurun -1,10 -3.65* -0,04 0.01 -2,44 -1.46***
CAR dalam persentase
Sampel dividen meningkat, dividen tetap dan menurun adalah 57, 22 dan 59
***,**,* Signifikan pada 10%, 5% dan 1%
Pengujian kandungan informasi pengumuman dividen dilakukan dengan melihat abnormal return pada saat pengumuman, selama 3 hari (t-1 sampai t+1) dan 11 hari (t-5 samppai t+5). Pengujian terhadap pengumuman dividen meningkat menunjukkan bahwa investor bereaksi positif signifikan pada saat pengumuman. Investor menikmati abnormal return sebesar 1,12%, hasil ini signifikan 5%. Sedangkan pada pengamatan yang lebih panjang yaitu pada jangka waktu 3 hari investor masih memperoleh abnormal return sebesar 1,42%, signifikan 1%. Pengamatan pada seluruh periode jendela juga menunjukkan investor bereaksi positif. Hasil ini mengkonfirmasi hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa investor bereaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat. Sinyal baik yang berasal dari pengumuman dividen meningkat digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan investasi.
Pengujian terhadap pengumuman dividen tetap juga menunjukkan pasar bereaksi positif. Pada saat pengumuman, pasar bereaksi positif tetapi tidak signifikan. Sedangkan pada pengujian cumulative abnormal return selama 3 hari dan 11 hari menunjukkan pasar bereaksi positif signifikan. Pada pengujian CAR selama tiga hari menunjukkan ada abnormal return positif 6,16%, sedangkan pada pengujian CAR selama 11 hari menunjukkan ada abnormal return yang positif 6,92%. Pengumuman dividen konstan pada saat periode krisis moneter mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor. Investor menganggap sinyal yang berasal dari pengumuman dividen tetap merupakan cermin keyakinan manajer bahwa mereka mampu menghadapi krisis moneter, sehingga investor bereaksi positif. Hasil ini menerima hipotesis alternatif kedua yang menyatakan investor bereaksi positif terhadap pengumuman dividen tetap.
Pengujian terhadap pengumuman dividen meningkat juga menunjukkan pasar bereaksi ngatif terhadap bad news ini. Pada saat pengumuman dividen yang mengalami penurunan investor bereaksi negatif, sehingga timbul abnormal return yang negatif 1,10%, signifikan 1%. Sedangkan pengujian CAR selama 3 hari tidak menunjukkan ada reaksi pasar yang signifikan. Pengujian CAR selama periode peristiwa yaitu 11 hari menunjukkan bahwa pasar bereaksi negatif sehingga ada abnormal return senilai -2,44%. Hal ini menunjukkan bahwa pengumuman dividen yang mengalami penurunan mempunyai kandungan informasi yang berguna. Hasil ini menerima hipotesis alternatif ketiga yang menyatakan investor bereaksi negatif terhadap pengumuman dividen menurun.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor, sehingga mereka menggunakannya untuk mengambil keputusan investasi. Pengumuman dividen meningkat, tetap atau menurun merupakan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan. Yang menarik dari tabel 2 adalah abnormal return yang diterima investor pada saat menghadapi good news ternyata lebih besar nilainya dibandingkan bad news. Hal ini membuktikan bahwa investor menganggap sinyal yang berasal dari kenaikan dividen merupakan kabar yang baik, karena perusahaan masih mampu berkembang pada saat perekonomianIndonesia dilanda krisis moneter. Penelitian ini juga membuktikan bahwa pembayaran dividen yang konstan pada saat krisis moneter merupakan kabar baik bagi investor, sehingga mereka bereaksi positif. Penelitian ini mengkonfimasi Suparmono (2000) dan Setiawan dan Hartono (2003) yang membuktikan bahwa pengumuman dividen diIndonesia mempunyai kandungan informasi.
4.2. Pengujian Kecepatan Reaksi Pasar
Salah satu aspek yang dinilai untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi adalah kecepatan reaksi pasar terhadap informasi pengumuman dividen. Pasar yang efisien bentuk setengah kuat secara informasi jika pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi dan beraksi dengan cepat. Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa investor mampu menikmati abnormal return positif pada waktu yang cukup panjang saat pengumuman dividen meningkat dan tetap. Pengujian periode 3 hari dan 11 hari menunjukkan abnormal return positif yang signifikan. Artinya investor mampu menikmati keuntungan pada jangka waktu yang lama. Investor di Indonesia lambat untuk bereaksi terhadap pengumuman dividen meningkat dan konstan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Setiawan dan Hartono (2003) yang menunjukkan investor di BEJ bereaksi secara cepat terhadap pengumuman dividen meningkat, sehingga investor hanya memperoleh abnormal return positif pada saat pengumuman saja.
Pengujian terhadap pengumuman dividen menurun juga investor mengalami abnormal return negatif yang berkepanjangan yaitu 11 hari. Artinya investor tidak mampu menggunakan informasi pengumuman dividen menurun untuk mengambil keputusan investasi dengan segera. Akibatnya, investor menderita kerugian yang berkepanjangan.
Investor di Bursa Efek Jakarta bereaksi lambat terhadap pengumuman dividen yang diberikan oleh emiten, baik pengumuman dividen meningkat, konstan maupun menurun. Investor dapat menikmati abnormal return positif yang berkepanjangan pada saat ada informasi mengenai pengumuman dividen meningkat dan konstan. Investor juga menanggung abnormal return negatif yang berkepanjangan pada saat menghadapi informasi pengumuman dividen menurun. Pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi mencakup pengujian kandungan informasi dan kecepatan reaksi pasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor tetapi mereka bereaksi dengan lambat. Berdasarkan penelitian ini maka BEJ selama krisis moneter belum efisien setengah kuat secara informasi.
4.3. Pengujian Ketepatan Reaksi Pasar
Pengujian ketepatan reaksi pasar bermaksud untuk menguji kecanggihan investor menganalisis informasi pengumuman dividen meningkat. Pengumuman dividen meningkat harus dianalisis lebih lanjut, karena membutuhkan cost yang tinggi. Perusahaan yang mengumumkan pembayaran dividen yang meningkat yang mampu menanggung cost adalah perusahaan yang bertumbuh. Informasi yang berasal dari perusahaan bertumbuh yang mengumumkan pembayaran dividen meningkat maka informasi tersebut bernilai ekonomis, sehingga investor bereaksi positif. Sebaliknya informasi pengumuman dividen yang meningkat dari perusahaan yang tidak mampu menanggung cost merupakan informasi yang tidak bernilai ekonomis, sehingga investor seharusnya bereaksi negatif.
Tabel. 3
Pengujian Ketepatan Reaksi Pasar
Sampel t0 t-1 sampai t+1 t-5 sampai t-5
CAR t-hit CAR t-hit CAR t-hit
Bertumbuh 0,77 1,45*** 1 1,53*** 2,49 2,21*
Tidak bertumbuh 1,77 2,17** 2,21 2,75* 2,45 1,85**
CAR dalam persentase
Sampel perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh yang mengumumkan dividen meningkat adalah 37 dan 20
***,**,* Signifikan pada 10%, 5% dan 1%
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa investor bereaksi positif dan signifikan terhadap pengumuman dividen meningkat oleh perusahaan bertumbuh. Reaksi investor menghasilkan CAR pada saat hari pengumuman, tiga hari sekitar pengumuman dan selama periode jendela adalah 0,77%, 1% dan 2,49% yang signifikan secara statistik. Investor diIndonesiamenganggap informasi pengumuman dividen meningkat yang berasal dari perusahaan bertumbuh merupakan informasi yang bernilai ekonomis. Reaksi positif investor terhadap pengumuman dividen meningkat oleh perusahaan yang bertumbuh sesuai dengan harapan.
Reaksi investor terhadap pengumuman dividen meningkat yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak bertumbuh juga positif. Reaksi ini menimbulkan CAR pada saat hari pengumuman, tiga hari sekitar pengumuman dan selama periode jendela adalah 1,77%, 2,21% dan 2,45% yang signifikan secara statistik. Reaksi investor terhadap pengumuman dividen meningkat yang dilakukan oleh perusahaan tidak bertumbuh tidak sesuai dengan harapan semula. Seharusnya investor bereaksi negatif terhadap pengumuman dividen meningkat oleh perusahaan tidak bertumbuh karena informasi tersebut tidak bernilai ekonomis. Hasil pengujian ketepatan reaksi pasar terhadap pengumuman dividen meningkat mengkonfirmasi Setiawan dan Hartono (2003) ynag juga menunjukkan investor bereaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat oleh perusahaan tidak bertumbuh.
Pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara keputusan mencakup pengujian kandungan informasi pengumuman dividen, kecepatan reaksi pasar dan ketepatan reaksi pasar. Pengumuman dividen diIndonesiamempunyai kandungan informasi yang berguna, namun investor bereaksi lambat serta tidak canggih dalam menganalisis informasi. Berdasarkan penelitian ini BEJ pada periode krisis moneter belum efisien setengah kuat secara keputusan. Investor di BEJ masih naif, tidak dapat membedakan antara sinyal informasi yang bernilai ekonomis dan tidak bernilai ekonomis.
5. Kesimpulan
5.1. Kesimpulan
Pengumuman dividen diIndonesiaselama krisis moneter mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor. Mereka menggunakan informasi tersebut untuk mengambil keputusan investasi. Reaksi investor terhadap pengumuman dividen sesuai dengan prediksi semula. Pengumuman dividen meningkat pada saat krisis moneter mencerminkan keyakinan manajer bahwa mereka tetap mampu membawa perusahaan untuk terus berkembang pada saat krisis moneter. Informasi merupakan kabar baik sehingga investor bereaksi positif pada periode jendela. Pengumuman dividen menurun pada saat krisis moneter menunjukkan ketidakyakinan manajer mengelola perusahaan selama krisis moneter, sehingga investor bereaksi negatif. Hasil yang menarik pada penelitian ini adalah pengumuman dividen konstan ternyata mempunyai kandungan informasi yang berguna. Pengumuman dividen meningkat tetap pada saat krisis moneter menunjukkan keyakinan manajer bahwa mereka mampu mempertahankan kinerjanya pada saat krisis moneter. Hal ini merupakan kabar baik bagi investor karena pada saat krisis sebagian besar perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Oleh karena itu, investor bereaksi positif terhadap pengumuman dividen tetap. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi penelitian Petit (1972), Aharony dan Swary (1980), Bajaj dan Vijh (1995), Benartzi, Michaely dan Thealer (1997) Mikhail, Walther dan Willis (1999), Suparmono (2000) dan Setiawan dan Hartono (2003) yang menunjukkan pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi
Penelitian ini juga menunjukkan reaksi investor terhadap good news, yaitu pengumuman dividen meningkat, lebih kuat dibandingkan bad news, pengumuman dividen menurun. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Benartzi, Michaely dan Thealer (1997) dan Mikhail, Walther dan Willis (1999) yang menunjukkan bad news direaksi lebih kuat oleh investor dibandingkan good news. Argumentasi yang dapat diajukan adalah pada saat krisis moneter perusahaan di BEJ mengalami penurunan kinerja dibandingkan sebelum krisis moneter (Machfoedz,1999), sehingga investor telah mengantisipasi kesulitan perusahaan membayar dividen. Oleh karena itu, reaksi investor terhadap informasi pengumuman dividen menurun kurang kuat kuat dibandingkan pengumuman dividen meningkat.
Penelitian terhadap kecepatan reaksi pasar menunjukkan investor di BEJ lambat menyerap informasi tentang pengumuman dividen. Investor menikmati abnormal return positif pada saat menerima informasi pengumuman dividen meningkat dan tetap pada jangka waktu yang panjang, yaitu selama 11 hari periode jendela. Pada saat menerima informasi pengumuman dividen menurun, investor juga tidak segera memproses informasi ini.Akibatnya mereka menanggung abnormal return selama 11 hari periode jendela. Pengujian terhadap efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi mencakup pengujian terhadap kandungan informasi pengumuman dividen dan kecepatan reaksi pasar. Hasil penelitian ini menunjukkan pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi namun investor bereaksi lambat. Berdasarkan penelitian ini, BEJ selama periode krisis moneter belum efisien setengah kuat secara informasi.
Hasil pengujian ketepatan reaksi pasar menunjukkan investor bereaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat bertumbuh dan tidak bertumbuh. Investor belum canggih dalam menanggapi pengumuman dividen meningkat yang disampaikan emiten. Secara umum, investor menanggap pengumuman dividen meningkat sebagai kabar baik sehingga mereka tidak mengolah informasi tersebut secara lebih lanjut. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasar modalIndonesiaselama krisis moneter belum efisien setengah kuat secara keputusan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sujoko (1999) dan Setiawan dan Hartono (2003) yaitu BEJ belum efisien setengah kuat secara keputusan.
5.2. Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini menggunakan rasio individual Investment Opportunity Set (IOS) yang berupa Capital Expendixtures to Book Value of Assets (CAPBVA) untuk mengklasifikasikan potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan. Tetet dan Fijriyanti (2002) membuktikan bahwa metode skor faktor yang merupakan gabungan rasio keuangan merupakan indikator yang lebih baik untuk mengklasifikasikan perusahaan tersebut bertumbuh atau tidak. Oleh karena itu, penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan skor faktor.
Penelitian selanjutnya juga dapat menganalisis efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara keputusan di BEJ dengan menguji reaksi pasar terhadap pengumuman merger dan akuisisi. Merjer dan akuisisi merupakan informasi yang harus dianalisis lebih lanjut, sebab tindakan merjer dan akuisisi dapat mengakibatkan peningkatan kinerja (Berkovtch dan Narayanan,1993; Eun, Kolodny dan Scheraga,1996) atau justru mengakibatkan penurunan kinerja (Loughran dan Vijh, 1997; Payamta dan Setiawan,2004).
Daftar Pustaka
Aharony, Joseph and Itzhak Swary. 1980.”Quarterly Dividends and Earnings Announcement and Stockholders’ Return: An Empirical Analysis”, The Journal of Finance 35 (Maret):1-12.
Amsari, Muhammad Iskak. 1993. “Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Harga Saham Di Pasar Modal Indonesia”. Tesis S-2. Universitas Gadjah Mada.
Bajaj, Mukesh and Anand Vigh. 1995. Trading Behavior and the Unbiasedness of the Market Reaction to Dividend Announcement. The Journal of Finance, Vol 1, No 1 (March): 255-279.
Benartzi, Shlomo, Roni Michaely and Richard H. Thealer. 1997. “Do Changes in Dividend Signal the Future or Past?”. The Journal of Finance, 52 (July): 1007-1034.
Berkovitch, Elazar., dan M.P. Narayanan. 1993. “Motives for Takeovers: An Empirical Investigation”. Journal of Financial and Quantitative Analysis, 28 (September): 347-362.
Brooks, Raymond M. 1996.”Changes in Asymetric Information at Earnings and Dividend Announcements”,Journal of Business, Finance & Accounting 23(April):359-378.
Eun, Cheol S., Richard Kolodny and Carl Scheraga. 1996. “Cross-border Acquisition and Shareholder Wealth: Test of Synergy and Internalization Hypotheses”.Journal of Banking & Finance, 20: 1559-1582.
Fama, Eugene F. 1970.”Efficient Capital Market: A Review of Theory and Empirical Work”, The Journal of Finance 25:383-417.
Firth, Michael. 1996.”Dividend Changes, Abnormal Return, and Intra-Industry Firm Valuations”, Journal of Financial and Quantitative Analysis 31(Juni):189-211.
Fitrijanti, Tettet dan Jogiyanto Hartono. 2002. “Set Kesempatan Investasi: Konstruksi Proksi dan Analisis Hubungannya dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 5, No 1: 35-63.
Fowler,D.J. and C.H.Rorke. 1983.”The Risk Measurement when Shares are Subject to Infrequent Trading:Comment”, Journal of Financial Economics 12(Agustus):279-284.
Gelb, David S. 1999. “Corporate Signalling with Dividend, Stock Repurchase, and Accounting Disclosure: An Empirical Study”, Journal of Accounting, Auditing & Finance:99-120.
Gonedes, Nicholas J. 1978.”Corporate Signalling, External Accounting, and Capital Market Equilibrium: Evidence on Dividend, Income, and Extraordinary Items”, Journal of Accounting Research 16(Spring):26-79.
Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua,Yogyakarta: BPFE UGM.
. dan Surianto. 2000. “Bias in Beta Values and Its Correction: Empirical Evidence from JakartaStock Exchange”, Gadjah Mada International Journal of Business 2 (September): 337-350.
Loughran, Tim., dan Anand Vijh. 1997. “Do Long-Term Shareholders Benefit from Corporate Acquisition?”. The Journal of Finance, 52 (Desember): 1765-1790
Machfoedz, Mas’ud. 1998. “Pengaruh Krisis Moneter pada Efisiensi Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 14, No 1: 37-49.
Mikhail, Michael B, Beverly R. Waither and Richard H Willis. 1994. “Dividend Changes and Earnings Quality’. Working Paper,www. Ssrn.Com.
Miller, Merton H. and Kevin Rock. 1985.” Dividend Policy under Asymetric Information”, The Journal of Finance 40 (September):1031-1051.
Payamta dan Doddy Setiawan, 2004,”Analisis Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 7 (September):
Petit, RichardsonR. 1972. “Dividend Announcements, Security Performance, and Capital Market Efficiency”, The Journal of Finance 27(Desember):993-1007.
Raharjo, Sugeng. 2000. Reaksi Pasar pada Pengumuman Dividen Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta. Tesis S-2. Universitas Gadjah Mada.
Setiawan, Doddy dan Jogiyaanto Hartono. 2003. “Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara Keputusan: Analisis Pengumuman Dividen Meningkat”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 6, No 2 (Mei):131-144.
_____________. 2004.”Analisis Faktor-faktor Fundamental yang Mempengaruhi Risiko Sistematis Sebelum dan Selama Krisis Moneter”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 19 (Oktober)
Soetjipto, Kery. 1997. Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Kandungan Informasi Pengumuman Laba. Tesis S-2. Universitas Gadjah Mada.
Sulardi. 2002. “Analysis on the Pre- and Post- Monetary Crisis Performance of the Companies Listed in JakartaStock Exchange”. Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol 2, No 1 (Februari): 26-45.
Suparmono. 2000. ”Dividend Announcement Effect on Stock Return: A Test of Signalling Hypotesis in the Indonesian Stock Market”. Gadjah Mada International Journal of Business 2 (September): 351-368.
Wilopo. 2003. “The Intra-Industry Effect of Dividend Announcement: the Case of Three Capital Markets”. Ventura, Vol 6, No 1 (April): 49-65.
Yusnitasari, Emilia Frida. 2003. “Transfer Informasi Intra Industri di Sekitar Pengumuman Dividen”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 6, No 2 (Mei): 145-168.