KETERTINDASAN PEREMPUAN

Ketertindasan Perempuan dalam Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini

Ketertindasan perempuan pertama yang terdapat pada Tarian Bumi adalah gunjingan para lelaki dengan topik meremehkan peran perempuan yang menurut mereka hanya butuh pujian dan menganggap perempuan itu makhluk tolol.

“ Carilah perempuan yang mandiri dan mendatangkan uang. Itu kuncinya agar laki-laki bisa makmur, bisa tenang. Perempuan tidak menuntut apa-apa. Mereka Cuma perlu kasih sayang, cinta dan perhatian. Kalau itu sudah bisa kita penuhi, mereka tak akan cerewet. Puji-puji saja mereka. Lebih sering bohong lebih baik. Mereka menyukainya. Itulah ketololan perempuan. Tapi ketika berhadapan dengan mereka, mainkanlah peran pengabdian, hamba mereka. Pada saat seperti itu perempuan akan menghargai kita. Melayani tanpa kita minta. Itu kata laki-laki di warung, meme benarkah kata-kata itu?” (TB: 32)

Penghakiman atas perempuan yang dikucilkan oleh laki-laki ternyata menimbulkan kemarahan pada Kenten, sahabat Telaga. Dia menilai bahwa laki-lakilah yang sesungguhnya makhluk menjijikan. Oleh karena itu, Kenten mempunyai tekad bahwa ia tidak akan pernah membutuhkan makluk yang bernama laki-laki.

Ketertindasan lain yang dialami tokoh wanita dalam novel ini adalah kasus perkosaan yang menimpa Dalem atau ibu Sekar. Hal ini terjadi pada waktu Sekar masih kecil, tetapi ia sudah cukup dapat memahami apa yang dialami ibunya.

Luh Sekar mengusap pipi  perempuan lemah yang terbaring diamben bambu itu, tidak ada kata-kata yang mereka percakapkan. Dua buah sungai mengalir dari mata dua orang perempuan . di usia sangat kecil, Luh Sekar bisa merasakan penderitaan yang bergantung pada pundak perempuan yang teramat dicintainya itu. Kata orang-orang itu ibu Luh Sekar diperkosa lebih dari tiga laki-laki. Luh Sekar bergidik mendengar cerita itu. (TB: 48)

Perkosa adalah paksa, dan paksa berkaitan dengan ketidakinginan, ketidaknyamanan, dan ketidaknikmatan sang objek yang dipaksa. Paksa menyodorkan apa yang tidak diinginkan, tidak dinyamani, dan tidak dinikmati serta pengharusan bagi orang lain yang tidak ingin diharuskan. Paksa adalah sebuah agresi yang dilakukan oleh laki-laki. Hal ini merupakan tindakan keji yang dapat dikategorikan sebagai penindasan yang harus ditindaklanjuti secara tegas.

Ketertindasan perempuan berikutnya yang tidak kalah mengerikan adalah peristiwa penindasan yang disebabkan dominasi laki-laki dalam rumah tangga, seperti yang dialami tokoh Dampar.

Dia ingat nasib Luh Dampar yang mati gantung diri di studio lukis suaminya. Saat itulah pertama kalinya Kambren memasuki sebuah studio. Ruang itu penuh foto-foto, slide, dan rekaman Luh Dampar dalam keadaan telanjang, bahkan ada video Dampar sedang diikat dan tubuhnya dijilati lima orang laki-laki. Luh Dampar berteriak-teriak. (TB: 101)

Dampar harus membayar mahal. Begitu banyak foto telanjangnya yang dibuat dalam ukuran kartu pos.  Kambren tahu, laki-laki itu benar-benar menjual seluruh tubuh istrinya untuk membiayai hidup.

Pelukis itu memang gila dan yang membuat Kambren lebih bergidik lagi, ada rekaman video yang mempertontonkan adegan jean paupiere tengah bercinta dengan laki-laki jerman itu secara rakus dan liar. (TB: 102)

Semua ketertindasan yang terdapat pada Tarian Bumi merupakan suatu bentuk pelecehan terhadap kaum perempuam yang harus dilawan. Masih banyaknya dominasi laki-laki yang ada didalamnya merupakan ketimpangan gender yang meremehkan perempuan.

Analisis terhadap Latar Budaya Bali yang Mendukung para Tokoh Melakukan Tindakan Feminisme

Dalam novelnya itu, Oka menggugat kebudayaan dan adat di Bali yang dianggap merendahkan kaum perempuan, yaitu sistem kasta, dengan lugas dan berani. Bagi Oka Rusmini perbedaan kelas dalam masyarakat tersebut cenderung hanya menekan dan memarginalkan perempuan, baik di lingkungan domestik maupun publik. Padahal, persoalan yang dihadapi perempuan dalam masyarakat tidak hanya perbedaan kasta, tetapi lebih besar lagi. Oka Rusmini ingin menyampaikan berat dan kerasnya kehidupan yang harus dijalani perempuan Bali. Perempuan hanya hidup dengan mendompleng status suami, tidak peduli bagaimanapun usaha dan kerja keras istri atau pun latar belakang hidupnya sebelum bertemu dengan suami tersebut. Karena adat Bali tidak mengizinkan perempuan menikahi laki-laki dengan kasta lebih rendah, mereka memberontak.

Pemberontakan perempuan melawan tatanan adat merupakan aktualisasi feminisme yang dipilih para tokoh perempuan novel Tarian Bumi, yaknidengan cara tetap menikah dengan pasangan yang dipilihnya tanpa mempedulikan tentangan adat, akan tetapi keputusan ini melalui tahapan sulit dan ditunjang oleh keteguhan hati. Sebagai orang Bali, Oka mampu menjaga jarak ketika menuangkan pikirannya dalam tulisan, sehingga dia mampu bercerita tanpa membawa beban moral sebagai bagian dari tatanan sosial yang dikritiknya.

Kajian perempuan yang dikaitkan dengan kajian  sastra dalam penelitian ini mempunyai dua fokus yang dianggap penting dalam perkembangan dunia sastra. Di satu sisi terdapat pemahaman karya sastra yaitu kanon sastra yang sudah diterima melalui pemberontakan tokoh perempuan seiring proses pendewasaan ditengah kungkungan tradisi masyarakatBaliyang berakar dari ajaran agama Hindu. Sementara disisi lain terdapat seperangkat teori yang menyiratkan keterkaitan feminis dengan satra melalui pendekatan feminis itu sendiri.

Simpulan

Tarian Bumi adalah sebuah novel khas etnik Bali yang penuh dengan suasana dan atmosfer “pemberontakan”, sekaligus situasi ambivalen kaum perempuan dalam menghadapi realitas sosialnya. Tata sosial yang hierarkis lewat pembagian kasta, patriarki yakni kaum laki-laki lebih banyak mendapatkan previlese social. Hal ini merupakan problem-problem fundamental yang dihadapi kaum perempuan di Bali jika ingin menemukan hubungan yang relatif lebih emansipatoris. Meskipun secara terang-terangan terjadi pemberontakkan di sana-sini, sebagai novel perempuan yang ditulis perempuan, Tarian Bumi masih memiliki etika-etika kebudayaan Bali yang sampai sekarang masih dilestarikan keberadaannya.

Secara keseluruhan Tarian Bumi yang sarat akan budaya Bali, menggambarkan tindakan feminisme yang sangat kental. Perempuan Bali, bagaimana mereka berhadapan dengan tubuhnya, libidonya, agama, dan masyarakatnya. Lingkungan yang turut berpengaruh , seperti keluarga besar dan  aturan adat. Semuanya itu dijalankan dengan sudut pandang perempuan dengan banyak mengarah pada feminisme multikultural, liberal, dan Marxsisme karena pemberontakan terhadap budaya yang tergambar merupakan realisasi keberanian perempuan yang patut dibanggakan. Kemudian, Secara liberal para perempuan dalam novel Tarian Bumi menunjukan bahwa mereka dapat dan berhak memilih jalan hidupnya tanpa dominasi dan Tekanan dari pihak manapun. Secara Marxsis mereka juga menentang hidup pasrah tanpa upaya mengangkat derajat perempuan agar sama dengan laki-laki dengan keterbatasan yang dimiliki mereka. Namun, bermodalkan tekad yang kuat para tokoh perempuan dapat meraih apa yang menjadi prinsip sebagai perempuan seutuhnya.

CATATAN

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *