MATERI 3 – EPISTEMOLOGY

Bahan presentasi  :

Filsafat Ilmu dan Logika 3 – Epistemologi

Bahan Pengayaan :

  1. Blog Mulyo Wiharto
  2. Blog Aminuddin
  3. Blog Zinggara Hidayat
  4. Blog Hasyim Purnama

Uraian materi :

Epistemology adalah Ilmu yang mempelajari tentang asal, susunan, metoda dan absahnya pengetahuan. Pengetahuan adalah apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu pengetahuan. Pengetahuan mempunyai 2 fungsi, yakni sebagai alat untuk meramalkan gejala alam dan sebagai alat untuk mengontrol gejala alam.
Agar pengetahuan dapat berfungsi meramalkan dan mengontrol, maka harus melakukan dua hal, yakni menguasai pengetahuan yang menjelaskan peristiwa dan mendeskripsikan hubungan berbagai faktor penyebab timbulnya gejala. Pengetahuan dapat diperoleh melalui mitos, akal sehat, empiris dan rasio.
Pengetahuan yang diperoleh dengan melalui mitos didapatkan dengan cara mengamati gejala alam sekitar. Gejala alam atau peristiwa yang yang luar biasa kemudian dikaitkan dengan makhluk yang luar biasa. Inilah yang dilakukan oleh para nenek moyang.
Gejala alam mempunyai karakteristik yang sukar diramalkan dan hal ini dikaitkan pula dengan tokoh supranatural (tokoh luar biasa) yang mempunyai watak sukar diramalkan. Tokoh supranatural yang biasanya pecinta, tiba-tiba menjadi pemarah dan murka, yang biasanya lembut tiba-tiba brutal dan sebagainya. Untuk itu kemudian diciptakan suatu persembahan, pembuatan sesaji dan sebagainya agar tokoh supranatural tersebut tidak marah, murka atau brutal lagi.
Pengetahuan yang diperoleh melalui mitos meru[akan pedoman untuk menjelaskan mengapa sesuatu dapat terjadi. Gejala alam yang terjadi, terutama peristiwa yang luar biasa dipandang sebagai perbuatan tokoh supranatural. Mereka meramalkan akan terjadi sesuatu yang luar biasa jika sang tokoh supranatural sedang membuat ulah. Dengan kata lain, nenek moyang menggunakan pengetahuan tersebut untuk meramalkan terjadi suatu peristiwa.
Membuat persembahan atau sesaji agar tokoh supranatural tidak membuat ulah lagi dengan harapan peristiwa luar biasa tidak terjadi. Artinya, nenek moyang berupa mengontrol agar peristiwa luar biasa tidak terjadi.
Ketika manusia melepas diri dari mitos, mulailah dikembangkan cara mendapatkan pengetahuan melalui akal sehat (Common sense). Pengetahuan diperoleh dengan metoda mencoba-coba (Trial and error).
Pengetahuan yang diperoleh berbentuk seni terapan yang deskriptif dan terbatas. Deskriptif artinya menitik beratkan pada gejala empiris dan mengabaikan postulat yang teoritis atomistis. Terbatas artinya tidak menunjang berkembangnya teori umum, karena hanya bertujuan praktis.
Pengetahuan yang diperoleh melalui akal sehat berbentuk kebiasaan, pengulangan pengalaman atau tradisi. Pengetahuan diperoleh lewat pengalaman secara tidak sengaja dan kebetulan. Pengetahuan tersebut kurang mempunyai kemampuan meramalkan dan mengontrol, karena hanya berdasarkan asumsi yang tidak teruji kebenarannya dan landasannya kurang berakar.
Manusia mencoba menemukan pengetahuan dengan berpikir secara induktif, yaitu cara mendapatkan pengetahuan dengan perantaraan indera. Mendapatkan pengetahuan melalui empiris didasarkan pada pendapat John Lock yang menyatakan bahwa akal merupakan catatan kosong (tabularasa) dan pengalaman hasil penginderaan dan refleksinya ditampung dalam catatan kosong tersebut.
Dalam mendapatkan pengetahuan melalui empiris dikenal adanya kelompok Empirisme Radikal yang merupakan kelompok yang secara ketat menekankan bahwa pengetahuan didapat hanya melalui empiris. Menurut kelompok Empirisme Radikal pengetahuan harus dapat dilacak dengan pengalaman inderawi. Artinya, pengetahuan yang tidak dapat dilacak dengan pengalaman indera dianggap bukan pengetahuan. Pengetahuan harus merupakan sesuatu yang bereksistensi.
Pengetahuan yang diperoleh dengan cara empiris berbentuk pengetahuan a posterori atau pengatahuan diskursif. Menurut Emmanuel Kan, pengetahuan a posteriori atau pengetahuan analitis a posteriori, yaitu pengetahuan yang terjadi akibat adanya pengalaman.
Menurut Henry Bergson, pengetahuan diskursif atau pengetahuan ‘mengenai’ sesuatu (knowledge about) yaitu pengetahuan yang bersifat inderawi. Pengetahuan diperoleh melalui penggunaan simbol-simbol untuk mengatakan sesuatu. Simbol digunakan sebagai perantara untuk menerjemahkan sesuatu.
Cara mendapatkan pengetahuan melalui empiris mempunyai 2 kelemahan. Pertama, pengetahuan tersebut dapat salah karena keterbatasan kemampuan indera manusia. Kedua, fakta yang dikumpulkan tidak dapat digeneralisasi dan cenderung hanya berupa kumpulan fakta.
Manusia mulai mengembangkan cara berpikir deduktif, yaitu cara mendapatkan pengetahuan melalui rasio. Menurut pemikiran deduktif, pengetahuan terletak pada akal dan kebenaran terletak dalam ide, bukan dalam diri sesuatu, sedangkan pengalaman hasil penginderaan (empiris) sekedar perangsang pikiran.
Dalam mendapatkan pengetahuan melalui rasio dikenal kelompok rasionalisme kontinental yang merupakan kelompok yang secara ketat menekankan bahwa pengetahuan didapat hanya melalui rasio. Menurut kelompok rasionalisme kontinental, akal budi digunakan sebagai perantara khusus untuk menemukan kebenaran. Pengetahuan diperoleh melalui kegiatan pikiran ketika akal menangkap pelbagai hal, sedangkan pengalaman hanya merupakan pelengkap.
Pengetahuan yang diperoleh dengan rasio berbentuk pengetahuan a priori dan pengetahuan intuisi. Menurut Emanuel Kant, pengetahuan a priori atau pengetahuan sintesis a priori, yaitu pengetahuan telah ada sebelum pengalaman. Menurut Henry Bergson, pengetahuan intuisi atau pengetahuan ‘tentang’ sesuatu (knowledge of), yaitu pengetahuan yang diperoleh secara langsung dan bukan pengetahuan hasil analisa.
Pengetahuan melalui rasio bersifat subyektif dan solipsistic . Subyektif artinya kebenaran sesuatu tergantung subyek atau siapa yang menyatakan kebenaran itu, sedangkan solipsistic artinya kebenaran itu benar menurut dirinya sendiri
Pengetahuan yang diperoleh melalui mitos, akal sehat, empiris maupun rasio belum memadai untuk mendapatkan pengetahuan yang ilmiah, karena beberapa alas an sebaga berikut :
1. Pengetahuan melalui mitos hanya mendapatkan pengetahuan yang bersifat asumsi, tidak dapat diterima akal sehat.
2. Pengetahuan melalui akal sehat menghasilkan pengetahuan yang bersifat deskriptif dan terbatas karena hanya berbentuk kebiasaan (tradisi), sehingga tidak teruji kebenarannya.
3. Pengetahuan melalui empiris mempunyai kelemahan, karena keterbatasan indera manusia. Pengetahuan yang diperoleh dapat mengalami kesalahan dan cenderung berupa kumpulan fakta yang sukar digeneralisasi.
4. Pengetahuan melalui rasio ternyata juga mempunyai kelemahan. Kebenaran terletak pada ide seseorang, sehingga bersifat subyektif. Disamping bersifat subyektif, kebenaran pengetahuan rasio juga bersifat solipsistic yang benar menurut dirinya sendiri.
Adanya berbagai keterbatasan dan kelemahan tersebut diatas melahirkan apa yang disebut sebagai metoda ilmiah, yakni prosedur mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan. Salah satu contoh metoda ilmiah adalah metoda eksperimen yang mengembangkan penjelasan yang masuk akal sekaligus mencerminkan kenyataan atau menggabungkan cara mendapatkan pengetahuan melalui empiris dan rasio.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *