MATERI 4 – PENGAJUAN MASALAH

Bahan presentasi   :

Filsafat Ilmu dan Logika 4 – Pengajuan masalah

Bahan Pengayaan :

  1. Blog Mulyo Wiharto
  2. Blog Aminuddin
  3. Blog Zinggara Hidayat
  4. Blog Hasyim Purnama

Uraian materi :

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan atau antara kondisi yang diinginkan (das sollen) dengan kondisi yang sekarang dialami (das sein). Masalah adalah pertanyaan tentang obyek empiris dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait.
Menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara mengamati sesuatu keadaan riil, kemudian ada perhatian tertentu terhadap obyek. Timbul pertanyaan terhadap sesuatu dan ketika ada kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut timbulah masalah.
Untuk mayakinkan bahwa hal tersebut suatu masalah, maka keadaan riil dapat dibandingkan dengan standar yang dapat diperoleh dari teori, peraturan perundangan, dan sebagainya. Keadaan riil dapat pula dibandingkan dengan kondisi yang lebih dari standar, misalnya lebih efektif, lebih baik dan sebagainya.
Untuk dapat menemukan masalah dengan mudah, maka perlu memiliki sifat yang peka yakni dapat menangkap fenomena yang problematic dan siap artinya tahu teori dan hasil penelitian terdahulu. Diperlukan pula sifat tekun yakni selalu mengikuti perkembangan ilmu yang terkait dan tahu Sumber, misalnya dari kepustakaan, pertemuan ilmiah dan pengalaman
Cara menentukan masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Formulasikan situasi problem
2. Identifikasikan kesenjangannya
3. Pelajari sumber informasi
4. Pilih inti masalah
5. Konsultasikan dengan ahlinya
Cara menentukan masalah juga dapat dilakukan dengan cara melakukan brainstorming, pushed writing atau memperhatikan Flow kegiatan. Brainstrorming berasal dari “brain” (otak) dan “strom” (angin ribut), maka brainstrorming tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Kumpulkan 5 orang atau lebih sebagai pelontar ide tentang suatu masalah.
2. Bebaskan pikiran orang-orang tersebut dengan segala larangan sehingga dapat mengungkapkan apapun yang dipikirkan dan diketahui.
3. Semua ide yang terlontar dicatat, kemudian dikelompokkan dan dipilih prioritasnya.
Contoh untuk menemukan masalah dengan langkah-langkah yang sesua dengan brainstorming :
1. Kemacetan lalu lintas, apa yang kita ketahui tentang kemacetan tersebut? Apakah penyebabnya? Siapa yang menyebabkan kemacetan? Berapa banyak kendaraan? dan seterusnya
2. Tuliskan ide yang terlontar : (a) Volume kendaraan banyak, (b) Merk mobil beraneka, (c) Pengemudi stres, (d) Jumlah mobil banyak, (e) Volume jalan kecil, (f) Jalan sempit, (g) Disiplin pengemudi kurang, (h) Jenis mobil banyak, (i) Terjadi keributan antar pengemudi, (j) Ada mobil konvoi, dan seterusnya
3. Kelompokkan ide di atas berdasarkan pikiran yang sama menjadi beberapa hal saja. Misalnya : a, b, d, h, j = Volume kendaraan ; e, f = Volume jalan ; c, g, I, = Perilaku pengemudi
4. Tentukan prioritas yang akan dikaji, yakni volume kendaraan atau hubungan valume kendaraan dengan kemacetan lalu lintas.
Cara menemukan masalah dengan pushed writing hampir sama dengan cara brainstorming, hanya pushed writing ini dapat dilakukan oleh sendiri, tidak perlu berkelompok, yakni :
1. Tuliskan ide dengan memaksakan diri menulis apa saja selama 10 – 15 menit. Dalam menuliskan ide tersebut tak perlu banyak dipikir dan tak perlu diedit terlebih dahulu.
2. Ide yang muncul dikelompokkan untuk dicari kekuatan penguasaannya pada apa yang telah ditulis. Dilakukan pengeditan untuk menyisihkan sesuatu yang tidak meyakinkan kebenarannya.
3. Tentukan prioritas masalah yang akan dikaji.
Selain menemukan masalah dengan melakukan brainstorming dan pushed writing dapat pula menentukan masalah dengan memperhatikan flow kegiatan sebaga berkut :
1. Buatlah flow suatu kegiatan, misalnya kegiatan pelayanan rawat jalan di rumah sakit.

Pasien Pasien Pasien
datang menunggu pulang
Pasien Pasien
mendaftar diperiksa

2. Dari flow di atas akan ditemukan berbagai masalah pada setiap tahap kegiatan. Catat masalah tersebut, kelompokkan dan tentukan prioritasnya.
Cara menentukan prioritas masalah dapat dilakukan dengan menggunakan “asas pareto” sebagai berikut :
1. Pareto mengatakan bahwa 80 % uang berada di 20 % orang,
2. Berdasarkan asas tersebut, maka tentukan prioritas masalah dengan memilih 20 % masalah yang menimbulkan 80 % dampak
Cara lain yang dapat dilakukan adalah menentukan prioritas masalah dengan menggunakan “faktor-faktor nilai masalah” sebagai berikut :
1. Berikan penilaian terhadap masalah dari segi severity (kegawatan), coverage (keluasan), feasibility (kelayakan) dan cost (biaya) dengan bertanya pada beberapa orang
2. Severity dinilai dari ringan ke gawat, coverage dari sempit ke luas, feasibility dari kurang ke layak, dan cost dinilai dari mahal ke murah.
3. Berilah score dengan tanda + pada masing-masing masalah. Semakin gawat, luas, layak atau murah, semakin banyak tanda +.
4. Hitung jumlah rata-rata setiap faktor nilai dan seluruh faktor nilai. Masalah yang mempunyai score terbesar merupakan masalah yang diprioritaskan.
Contoh : Dengan cara brainstorming, pushed wirting atau flow kegiatan, disimpulkan bahwa masalah-masalah yang ditemui dalam pelayanan rawat jalan di rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan pendaftaran kurang terampil
2. Menunggu giliran pemeriksaan terlalu lama
3. Pemeriksaan pasien tidak profesional

Ketiga kelompok masalah tersebut dinilai aspek severity, coverage, feasibilty dan cost dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Aspek Severity Coverage Feasibility Cost ∑

Pendaftaran

1. ++++
2. +++++
3. +++ 1. +++
2. +++3. ++ 1. ++
2. ++3. + 1. ++
2. ++3. ++
Rata-rata 4 3 2 2 11

Pemeriksaan pasien

1. +++++
2. +++++
3. ++++ 1. ++++
2. ++++
3. +++ 1. +++
2. ++3. ++ 1. ++
2. +3. ++
Rata-rata 5 4 2 2 13

Waktu tunggu giliran

1. ++
2. +++3. ++ 1. ++
2. ++3. ++ 1. ++
2. ++3. ++ 1. +
2. ++3. +
Rata-rata 3 2 2 1 8

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah yang perlu dikaji lebih lanjut adalah masalah profesionalitas pelayananan pasien dalam pelayanan rawat jalan di rumah sakit.
Masalah yang baik untuk dikaji dalam suatu penelitan dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut :
1. Substansi masalah tersebut berbobot dan orsinil, mempunyai kegunaan bagi ilmu dan praktik serta masalah tersebut belum terjawab
2. Formulasi masalah berbentuk korelatif interogatif yang berasal dari dua variable atau lebih, sehingga jelas dan tajam
3. Secara teknis masalah dapat dijawab. Hal ini dilakukan jika ada kemampuan ilmu, metodologi dan fasilitas.
Masalah yang baik untuk dikaji dalam suatu penelitan dapat mempunyai syarat-syarat sebagai yang kongkrit dan nyata. Kongkrit artinya masalah tersebut terdapat dalam jangkauan pengalaman manusia. Ilmu tidak memasalahkan soal yang tidak terjangkau oleh pengalaman manusia, seperti kehidupan alam barzah, roh, makhluk halus dan sebagainya. Nyata, artinya jawaban ilmu terdapat pada dunia nyata. Ilmu tidak membicarakan masalah yang jawabannya tidak terdapat di dunia nyata seperti kehidupan akhirat, hantu dan sebagainya. Ilmu diawali dari fakta dan diakhiri dengan fakta.
Sikap manusia dalam menghadapi masalah sesuai dengan tahap-tahap yang dilaluinya, dmula pada tahap mists, ontologs dan fungsional. Pada tahap mistis, masalah dianggap sebagai kekuatan yang mengepung. Manusia merasa dirinya terkepung oleh suatu kekuatan gaib. Pada tahap ontologis, manusia mengambil jarak dengan obyek masalah dengan mengenal bentuk, menelaah dan memecahkannya. Pada tahap fungsional, manusia memfungsikan pengetahuan yang diperoleh dari pemecahan masalah tersbut untuk kepentingan dirinya
Masalah adalah perbedaan antara kondisi yang diinginkan (das sollen) dengan kondisi yang dialami (das sein). Pengajuan masalah dilakukan dengan memaparkan teori, prinsip, hukum, peraturan perundangan dan standar lainnya atau melakukan. Paparan teori tersebut kemudian dibandingkan dengan keadaan riil, hasil penelitian, fenomena dan fakta lain atau melakukan induksi
Faktor-faktor yang terkait dengan variabel dependent diidentifikasi sehingga terjadi proses deduksi dan induksi. Pembatasan masalah dilakukan agar pemaparan variabel dependent lebih fokus pada variabel independent tertentu. Setelah dilakukan pembatasan masalah dengan alasan tertentu dibuatlah rumusan masalah dengan kalimat yang bersifat korelatif interogatif.
Contoh rumusan masalah : Adakah hubungan faktor X dengan gejala Y di daerah A? Adakah pengaruh faktor X terhadap gejala Y di daerah A? Adakah perbedaan gejala X dengan gejala Y dalam peristiwa Z di daerah A?

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *