Bahan presentasi :
Filsafat Ilmu dan Logika 10 – Relasi Silogisme
Bahan Pengayaan :
- Blog Mulyo Wiharto
- Blog Aminuddin
- Blog Zinggara Hidayat
- Blog Hasyim Purnama
Uraian materi :
Deduksi mempunyai prinsip yang terdiri dari prinsip persamaan, prinsip perbedaan, prinsip distribusi dan prinsip distribusi negative. Prinsip persamaan menyebutkan bahwa dua hal adalah sama, jika hal pertama dan hal kedua sama dengan hal ketiga atau S = M = P, jadi S = P. Contoh : Mangga (S) adalah tumbuhan (M), setiap tumbuhan (M) mempunyai dedaunan (P), jadi mangga (S) mempunyai dedaunan (= P)
Prinsip perbedaan menyatakan bahwa dua hal adalah berbeda, jika hal pertama sama dengan hal ketiga, namun hal kedua tidak sama dengan hal ketiga atau S = M # P. Contoh : Bayam (S) adalah tumbuhan, semua tumbuhan (M) adalah bukan mesin (# P), jadi bayam (S) adalah bukan mesin (# P)
Prinsip distribusi menyebutkan bahwa apa yang berlaku untuk kelas, maka berlaku pula untuk masing-masing anggota kelas. Contohnya, semua burung mempunyai sayap, kutilang adalah burung, jadi kutilang mempunyai sayap. Sayap berlaku bagi burung, maka berlaku pula bagi kutilang karena kutilang adalah burung.
Prinsip distribusi negatif menyebutkan bahwa apa yang diingkari untuk suatu kelas, juga diingkari untuk masing-masing anggota kelas. Contohnya, semua hewan tidak mempunyai dedaunan, kucing adalah hewan, jadi kucing tidak mempunyai dedaunan.
Silogisme ditentukan berdasarkan hukum-hukum tertentu sebagai berikut :
1. Jumlah term dalam silogisme tidak boleh lebih dari tiga, yakni : S, M, P
Contoh :
Semua artis (M) mempunyai fans (P)
Kris Dayanti (S) adalah artis (M)
Jadi, Kris Dayanti (S) mempunyai fans (P)
2. Term tengah (M) tidak boleh terdapat dalam konklusi
Contoh :
Semua parfum (M) mempunyai aroma yang khas
Rexona adalah parfum (M)
Jadi, Rexona mempunyai aroma yang khas
3. Term tengah (M) setidaknya satu kali harus berdistribusi
Contoh :
Semua baterry (M) mempunyai energi
Accu adalah baterry
Jadi, accu mempunyai energi
4. Jika semua proposisi dalam premis adalah proposisi afirmative (A atau I), maka konklusi-nya harus afirmative
Contoh :
(A) Semua manusia mencintai kedamaian
(I) Mahasiswa adalah manusia
(I) Jadi, mahasiswa mencintai kedamaian
5. Proposisi dalam premis tidak boleh keduanya proposisi particular (I atau O), salah satu proposisi harus universal (A atau E).
Contoh :
(I) Beberapa polisi melakukan kejahatan
(I) Sersan Amir adalah polisi
(I) Jadi, Sersan Amir berbuat jahat (?)
6. Proposisi dalam premis tidak boleh keduanya negative (E atau O).
Contoh :
(E) Semua manusia adalah bukan makhluk halus
(O) Tuyul adalah bukan manusia
(O) Jadi, tuyul adalah bukan makhluk halus (?)
7. Jika salah satu proposisi negative (E atau O) maka konklusi-nya harus negative (E atau O).
Contoh :
(E) Semua manusia bukan makhluk halus
(I) Amir adalah manusia
(O) Jadi, Amir adalah bukan makhluk halus
Relasi-relasi dalam silogisme terjadi dengan cara : contrary, sub contrary, sub alternan dan contradictory. Relasi contrary (kebalikan) menyebutkan jika salah satu proposisi benar, maka proposisi yang lain pasti salah, yakni : jika proposisi A benar, maka proposisi E pasti salah dan jika proposisi E benar, maka proposisi A pasti salah. Jika (A) Semua mahasiswa adalah orang yang jujur dan (E) Semua mahasiswa adalah bukan orang yang jujur, maka akan berlaku hal sebagai berikut :
1. Jika proposisi A benar, maka proposisi E pasti salah, karena apabila semua mahasiswa adalah orang yang jujur itu benar (proposisi A benar), maka semua mahasiswa adalah orang yang tidak jujur adalah salah (proposisi E salah).
2. Jika proposisi E benar, maka proposisi A pasti salah, karena apabila semua mahasiswa adalah bukan orang yang jujur (proposisi E benar), maka tidak tersisa satu pun mahasiswa yang jujur (proposisi A salah).
Relasi sub contrary merupakan hubungan berkebalikan antara proposisi particular (I dan O), yakni : Jika proposisi I benar, maka proposisi O dapat salah, jika proposisi O benar, maka proposisi I dapat salah, proposisi I dan O keduanya dapat sama-sama benar dan dapat pula sama-sama salah. Jika (I) Beberapa mahasiswa adalah wanita yang cantik dan (O) Beberapa mahasiswa adalah wanita yang tidak cantik
Dari contoh di atas, misalnya jumlah seluruh wanita adalah 10 orang, maka dapat dinyatakan bahwa :
1. Jika jumlah wanita cantik adalah 8 orang itu benar (proposisi I benar), maka pernyataan bahwa jumlah wanita yang tidak cantik adalah 5 orang itu salah (proposisi O salah). Jika proposisi I benar, maka proposisi O salah.
2. Jika jumlah wanita yang tidak cantik adalah 5 orang itu benar (proposisi O benar), maka pernyataan bahwa jumlah wanita cantik adalah 8 orang itu salah (proposisi I salah). Jika proposisi O benar, maka proposisi I salah.
3. Proposisi I dan O dapat sama-sama benar, jika dari 10 wanita tersebut terdapat 8 wanita yang cantik dan 2 wanita yang tidak cantik.
4. Proposisi I dan O dapat sama-sama salah, jika dinyatakan bahwa di sana terdapat 13 wanita yang cantik dan 11 wanita yang tidak cantik.
Relasi sub alternan menyebutkan bahwa kebenaran proposisi pertama menjamin kebenaran proposisi kedua, tapi kebenaran proposisi kedua tidak menjamin kebenaran proposisi pertama. Kebenaran proposisi A menjamin kebenaran proposisi I, namun kebenaran proposisi I tidak menjamin kebenaran proposisi A. Kebenaran proposisi E menjamin kebenaran proposisi O, namun kebenaran proposisi O tidak menjamin kebenaran proposisi E. Jika (A) Semua peserta adalah WNI dan (I) Beberapa peserta adalah WNI atau jika (E) Semua peserta adalah bukan WNI dan (O) Beberapa peserta adalah bukan WNI, maka akan berlaku hal sebagai berikut :
1. Kebenaran proposisi A menjamin kebenaran proposisi I, sebab jika semua peserta berjumlah 20 orang dan semuanya adalah WNI (proposisi A), maka beberapa peserta (misalnya 5 orang) adalah WNI (proposisi I) dijamin kebenarannya.
2. Sebaliknya, jika beberapa peserta adalah WNI, maka hal ini tidak menjamin semua peserta adalah WNI. Dari peserta yang berjumlah 20 orang tersebut, misalnya 5 orang adalah WNI dan sisanya warga negara Canada, Cina, dan sebagainya, maka proposisi I tidak menjamin kebenaran proposisi A.
3. Hal yang sama dapat terjadi dalam melihat hubungan antara proposisi E dengan proposisi O.
Relasi contradictory (pertentangan) menyebutkan bahwa dua proposisi yang bertentangan, keduanya tidak dapat sama-sama benar atau sama-sama salah, yakni jika proposisi A benar, maka proposisi O pasti salah dan jjka proposisi E benar, maka proposisi I pasti salah. Jika (A) Semua peserta adalah WNI dan (O) Beberapa peserta adalah bukan WNI, atau jika (E) Semua peserta adalah bukan WNI dan (I) Beberapa peserta adalah WNI, maka akan berlaku hal sebagai berikut :
1. Jika semua peserta berjumlah 20 orang dan semuanya adalah WNI (proposisi A) adalah benar, maka beberapa peserta (misalnya 5 orang) adalah bukan WNI (proposisi O) adalah salah. Sebaliknya, jika proposisi O yang benar maka proposisi A pasti salah.
2. Jika semua peserta berjumlah 20 orang dan semuanya adalah bukan WNI (proposisi E) itu benar, maka beberapa peserta (misalnya 5 orang) adalah WNI (proposisi I) itu salah. Sebaliknya, jika proposisi I yang benar maka proposisi E pasti salah.