MATERI 12 – HUBUNGAN-HUBUNGAN DALAM INDUKSI

Bahan presentasi :

Filsafat Ilmu dan Logika 12 – Hubungan dalam Induksi

Bahan Pengayaan :

  1. Blog Mulyo Wiharto
  2. Blog Aminuddin
  3. Blog Zinggara Hidayat
  4. Blog Hasyim Purnama

Uraian materi :

Kesimpulan suatu induksi diperoleh dengan melakukan generalisasi. Generalisasi adalah membuat konklusi yang bersifat umum dengan menyimpulkan premis-premis dari proposisi empirik. Apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisinya sama. Contohnya, siang hari cuaca kota Bandung sangat terik dan pada malam harinya turun hujan, siang hari cuaca kota Semarang sangat terik dan pada malam harinya turun hujan, siang hari cuaca kota Surabaya sangat terik dan pada malam harinya turun hujan. Dari beberapa kondisi tersebut dapat digeneralisasi bahwa apabila cuaca di suatu kota sangat terik di siang hari, maka pada malam harinya akan turun hujan.
Generalisasi adalah membuat konklusi yang diambil dari sejumlah fenomena yang berlaku untuk fenomena lain sejenis yang belum diselidiki. Contohnya, ada sebuah cairan yang belum teridentifikasi. Dari fenomena yang terlihat dapat disimpulkan bahwa cairan tersebut adalah BBM, karena bau, warna dan sifatnya yang mudah terbakar. Contoh lainnya, ada benda yang belum diketahui namanya, namun gejala-gejalanya dapat diidentifikasi yakni berbentuk bulat, terbang melayang, mengeluarkan cahaya dan tiba-tiba menghilang. Benda tersebut sejenis dengan fenomena yang diperlihatkan oleh piring terbang (UFO), maka dapat disimpulkan bahwa benda tersebut adalah piring terbang pula.
Syarat generalisasi adalah tidak terikat jumlah, artinya jika semua A adalah B, maka B berlaku untuk sejumlah A, berapa pun jumlah A tersebut. Contoh : Euis adalah orang Sunda dan ia suka lalap, Cecep adalah orang Sunda dan ia suka lalap, Ery adalah orang Sunda dan ia suka lalap, Ujang adalah orang Sunda dan ia suka lalap, maka dapat digeneralisasi bahwa semua orang Sunda suka lalap. Dalam generalisasi tersebut tidak ada ikatan berapa jumlah orang Sunda yang dijadikan sebagai dasar penarikan kesimpulan.
Syarat kedua generalisasi adalah harus dapat dijadikan dasar pengandaian, artinya andaikata x, y, z sama dengan A dan A adalah B, maka x, y, z sama dengan B, walaupun faktanya x, y, z tersebut tidak sama dengan A. Contoh : Yulinar, Yulizar, Syamsiar, Maniar, Erizal, dan Syahrial adalah orang Minang dan mereka suka makanan yang pedas. Dapat disimpulkan bahwa semua orang Minang suka makanan yang pedas, walaupun ada juga orang Minang yang tidak suka makanan yang pedas.
Syarat ketiga generalisasi adalah tidak terbatas ruang dan waktu (spasio temporal) artinya hasil generalisasi tersebut berlaku kapan dan dimana pun berada. Kesimpulan yang menyatakan bahwa semua orang Sunda suka lalap dan semua orang Minang suka makanan yang pedas berlaku kapan pun dan dimana pun berada.
Dalam suatu induksi ada yang melakukannya dengan analogi. Analogi induksi adalah proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus atau lebih yang mirip satu sama lain atau proses penalaran yang bertolak dari kesamaan aktual antara dua hal atau lebih. Contoh : Citra dan Muslim adalah sama-sama mahasiswa Kampus Emas. Setelah bekerja, Citra menjadi karyawan yang profesional, maka dapat disimpulkan bahwa Muslim pun akan menjadi karyawan yang profesional kalau kelak menjadi karyawan.
Induksi juga dapat dilakukan dengan melakukan komparasi, yakni penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan dua hal atau lebih. Dua hal tersebut dicari kesamaannya, sedangkan perbedaannya diabaikan. Contoh : Bella adalah mahasiswa Fakultas Psikologi dan ia adalah anak yang rajin, Ferry adalah mahasiswa Fakultas Psikologi dan ia adalah anak yang rajin, maka dapat disimpulkan bahwa Santi juga anak yang rajin, karena ia mahasiswa Mahasiswa Psikologi. Santi analog dengan Bella dan Ferry, yakni sama-sama mahasiswa Fakultas Psikologi, sehingga apa yang berlaku bagi Bella dan Ferry,
Tujuan analogi induksi adalah meramalkan kesamaan, misalnya : Citra, Dedy, Sisca dan Hery adalah lulusan Universitas Indonusa Esa Unggul dan mereka mampu menjadi karyawan yang berprestasi, maka Eky diramalkan akan menjadi karyawan berprestasi karena sama-sama lulusan Universitas Indonusa Esa Unggul.
Induksi juga bertujuan untuk menyingkap kekeliruan, contohnya : Di Indonesia terjadi peledakan bom di mana-mana, di pusat pertokoan, di kedutaan, bahkan di mesjid dan gereja. Pengeboman dapat terjadi di mana saja, bukan hanya tempat-tempat yang telah disebutkan, maka keliru kalau menjadi takut pergi kemana pun hanya karena sering terjadi peledakan bom.
Induksi dapat digunakan untuk menyusun klasifikasi, maksudnya sesuatu hal dapat diklasifikasikan dengan melihat ciri-ciri yang sama, walaupun sesuatu itu belum dapat diberi nama. Contohnya, ada kendaraan yang belum diberi nama, namun dapat diklasifikasikan dengan melihat ciri-cirinya, yakni mempunyai setir, body, mesin dan beroda 2 (dua). Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa benda yang dimaksud adalah sejenis sepeda motor.
Dalam induksi ada pula yang berusaha menarik kesimpulan secara kausal yakni berusaha menemukan sebab-sebab suatu kejadian, sebab tidak ada kejadian tanpa suatu sebab (nihil fit sine causa). Sebab adalah kondisi yang menjadi dasar terjadinya sesuatu, terdiri dari kondisi mutlak dan kondisi memadai
Kondisi mutlak (necessary condition) adalah kondisi yang menggambarkan bahwa jika tidak ada sebab, maka tidak ada akibat. Tidak akan ada akibat A jika tidak ada sebab B. Contohnya, tidak belajar sungguh-sunguh akibatnya tidak lulus dalam ujian. Belajar sungguh-sungguh merupakan kondisi mutlak.
Kondisi memadai (sufficient condition) adalah kondisi yang menggambarkan bahwa jika ada sebab, maka akan ada akibat. Ada akibat A karena ada sebab B. Contohnya, setelah lulus ujian seleksi, maka seseorang diterima bekerja di perusahaan. Lulus ujian seleksi merupakan kondisi memadai.
Adanya hubungan sebab dengan akibat atau hubungan kausal dapat diuji dengan pertanyaan : Apakah cukup terdapat sebab untuk menghasilkan akibat? Apakah tidak ada sebab lain yang menimbulkan akibat tersebut ? Hubungan kausal dapat berbentuk relasi sebab ke akibat, relasi akibat ke sebab dan relasi akibat ke akibat.
Relasi sebab ke akibat, maksudnya dari suatu peristiwa yang dianggap sebab kemudian bergerak menuju kesimpulan sebagai akibat, baik berupa efek terdekat maupun serangkaian efek. Contohnya, kuman amoeba mengakibatkan sakit perut, tabrakan mengakibatkan seseorang menjadi terluka, berdarah, cacat, kehilangan pekerjaan, dan sebagainya.
Relasi akibat ke sebab, maksudnya dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat kemudian bergerak menuju sebab yang menimbulkannya. Contohnya, sakit hati disebabkan oleh perkataan yang menghina, pandai berenang disebabkan oleh latihan yang teratur. Relasi akibat ke akibat, maksudnya dari akibat menuju akibat lain tanpa harus mencari sebabnya. Contohnya, sakit mengakibatkan ia tidak kuliah, tidak dicari sebab-sebabnya mengapa ia sakit.
Hubungan sebab dengan akibat dapat terjadi secara kebetulan atau tidak ada hubungan intrinsik. Hubungan intrinsik adalah hubungan sebab dengan akibat yang terjadi bukan karena kebetulan. Akibat disimpulkan dengan adanya sebab dan sebab disimpulkan dengan adanya akibat. Contoh hubungan yang terjadi karena kebetulan adalah terjadinya kebanjiran di Jakarta dengan turunnya hujan di Semarang. Hubungan tersebut dapat berbentuk hubungan intrinsik jika hujan tersebut terjadi di Bogor. Terjadinya hujan di Bogor dengan terjadinya banjir di Jakarta mempunyai hubungan intrinsik, karena terdapat hubungan yang meyakinkan antara kedua peristiwa tersebut melalui sungai Cisadane dan Ciliwung. Hubungan intrinsik dapat ditentukan dengan metoda persamaan, metoda perbedaan, metoda gabungan, metoda residu dan metoda variasi.
Metoda persamaan menyebutkan bahwa apabila beberapa peristiwa mempunyai satu faktor yang sama, maka faktor tersebut merupakan sebab atau akibatnya. Contohnya :
1. Wati rajin menari klasik, sering membersihkan diri, suka minum es dan dia sakit perut.
2. Andi suka menyanyi dangdut, rajin berenang, suka minum es dan dia sakit perut.
3. Susi gemar mengkoleksi perangko, suka lari pagi, suka minum es dan dia sakit perut
Suka minum es merupakan satu-satunya faktor yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa minum es tersebut merupakan penyebab terjadinya sakit perut.
Metoda perbedaan menyebutkan bahwa apabila peristiwa pertama dan peristiwa kedua semua faktornya sama kecuali satu yang berbeda, peristiwa pertama tidak mengandung faktor yang berbeda, sedangkan peristiwa kedua mengandung faktor yang berbeda, maka faktor satu-satunya tersebut adalah sebab atau akibat yang tak terpisahkan dari peristiwa tersebut. Contoh :
1. Meli rajin berolah raga, suka makan buah, tidak suka minum es dan dia tidak sakit perut.
2. Iwan rajin berolah raga, suka makan buah, suka minum es dan dia sakit perut.
3. Sally rajin berolah raga, suka makan buah, suka minum es dan dia sakit perut.
Minum es merupakan faktor yang membedakan antara kedua peristiwa tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suka minum es merupakan penyebab terjadinya sakit perut.
Metoda gabungan menyebutkan bahwa apabila dua peristiwa yang berbeda mempunyai faktor yang sama kemudian terjadi suatu gejala, sedangkan peristiwa lain mempunyai faktor yang berbeda kemudian tidak terjadi suatu gejala, maka faktor tersebut merupakan sebab atau akibat yang tidak terpisahkan dari peristiwa tersebut. Contoh :
1. Edy makan nasi, makan daging, makan buah, minum sirop. Dedy sakit perut
2. Dedy makan bubur, makan udang, makan krupuk, minum sirop. Eddy sakit perut
3. Ady makan roti, makan ikan, makan emping, minum sirop. Deny sakit perut
4. Ety makan roti, makan ikan, makan emping, tidak minum sirop. Ety tidak sakit perut
5. Eny makan roti, makan ikan, makan emping, tidak minum sirop. Eny tidak sakit perut
6. Jadi minum sirop yang mengakibatkan terjadinya sakit perut
Pada peristiwa di atas terdapat faktor yang sama pada beberapa peristiwa, yakni minum sirop, namun factor tersebut tidak terdapat pada beberapa peristiwa yang lain. Ketika factor tersebut muncul terjadi gejala sakit perut, namun ketika tidak muncul tidak terjadi apa-apa, maka dapat disimpulkaan bahwa minum sirop merupakan penyebab terjadinya sakit perut.
Metoda residu menyebutkan bahwa dengan menggunakan suatu induksi, hapuslah gejala yang merupakan akibat yang ada pada premis, maka sisa gejala tersebut merupakan akibat suatu premis. Contoh :
1. Membaca buku, menonton televisi, mendengarkan radio televisi mengakibatkan dia menjadi cerdas, kreatif dan inovatif.
2. Membaca buku mengakibatkan dia menjadi cerdas
3. Mendengarkan radio mengakibatkan dia menjadi kreatif
4. Jadi, menonton televisi mengakibatkan dia menjadi inovatif.
Metoda variasi menyebutkan bahwa apabila factor A berubah dengan cara tertentu dan gejala B ikut berubah dengan cara tertentu pula, maka faktor A tersebut merupakan sebab atau akibat gejala B. Contoh :
1. Membaca buku, suka mendengarkan radio, gemar menonton televisi mengakibatkan dia menjadi kreatif, inovatif dan cerdas.
2. Membaca buku secara tekun, suka mendengarkan radio, gemar menonton televisi mengakibatkan dia menjadi kreatif, inovatif dan makin cerdas.
3. Membaca buku kurang tekun, suka mendengarkan radio, gemar menonton televisi mengakibatkan dia menjadi kreatif, inovatif dan kurang cerdas.
4. Tidak pernah membaca buku, suka mendengarkan radio, gemar menonton televisi mengakibatkan dia menjadi kreatif, inovatif dan tidak cerdas.
5. Jadi, membaca buku mengakibatkan dia menjadi cerdas

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *